Jumat, 28 Oktober 2011

Dampak komersialisasi kesenian tradisional Bali terhadap kesenian dan minat wisata di Bali


Kesenian tradisional Bali telah terjual!!! Betapa tidak? Dengan mengeliatnya industri paiwisata di Bali dan di Indonesia pada umumnya yang lebih banyak dititik beratkan pada penambahan penerimaan devisa Negara, mengakibatkan  sektor-sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri pariwisata tersebut mulai bermunculan. Travel agent dan Tour Operator tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan. Pusat-pusat kesenian muncul di kota hingga kepelosok-pelosok pedesaan. Penjual barang-barang kesenianpun bermunculan di emper-emper toko dan art shop. Semua itu terjadi tidak lain adalah untuk mengharapkan dollarnya sang wisatawan. Hal tersebut membesitkan pemikiran jika seolah-olah kesenian Bali tumbuh dengan dollar sebagai suplemennya.
 Tidak dapat dipungkiri bahwa dijaman sekarang telah terjadi pergeseran orientasi berkesenian dari para seniman Bali. Pada awalnya para Seniman Bali hanya berkesenian untuk memuaskan hasrat seni mereka serta untuk kepentingan Upacara keagamaan dan kepentingan adat, namun sekarang banyak Seniman Bali yang memproduksi produk seni untuk dijual dan disesuaikan dengan selera pembeli, wisatawan atau pedagang barang-barang kesenian yang tidak menghiraukan mutu barang-barang kesenian tersebut.  Jadi, mungkin memang benar apabila Kesenian tradisional Bali telah terjual, yang dalam hal ini yang dimaksudkan telah terjual adalah dimana keaslian dan nilai artistic serta estetika produk kesenian tradisional Bali telah terbeli oleh “dollarnya” sang wisatawan yang memesan segala produk kesenian itu sesuai kehendak mereka tanpa memikirkan keaslian serta mutu kesenian tradisional Bali itu sendiri dalam perkembangan kedepannya.
Saya sendiri mengkhawatirkan bahwa dengan adanya Komersialisasi Kesenian Tradisional Bali ini akan dapat membahayakan keberadaan serta perkembangan Kesenian Bali itu sendiri beserta minat wisata di Bali kedepannya. Meskipun ada pula dampak positifnya yakni dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Bali serta membuat kesenian Bali dapat  lebih bekembang. Namun, yang harus diwaspadai dan diantisipasi ialah dampak negative dari komersialisasi kesenian tradisional tersebut yakni adanya pergeseran orientasi berkesenian oleh seniman Bali, adanya penurunan nilai artistic dan esensial dari produk kesenian taradisional Bali yang terkomersialisasi tersebut. Dampak-dampak negative inilah yang nantinya dikhawatirkan dapat membuat punahnya kesenian tradisional Bali yang asli. Selain itu saya juga mengkhawatirkan bahwa dengan menurunnya nilai keaslian, nilai artistik serta estetika dari kesenian Bali ini dapat mengurangi minat wisatawan terhadap kesenian Bali itu sendiri dan minat kunjungan wisatawan ke Bali.
Selain itu dengan adanya komersialisasi kesenian Tradisional Bali secara tidak langsung telah mengakibatkan terjadinya akulturasi serta pergeseran budaya. Para wisatawan yang kebanyakan merupakan orang luar negeri memesan produk kesenian yang disesuaikan dengan keinginan mereka, jadi kemungkinan besar selera seni mereka dipengaruhi budaya mereka masing-masing. MIsalnya adanya patung salah satu tokoh pewayangan yaitu “Tualen” yang membawa papan bertuliskan “welcome” . Pada kesenian Gamelan Balipun telah banyak mengambil unsur-unsur dari genre ataupun aliran music yang berasal dari luar Bali, misalnya RnB, Techno, Jazz, Metal,dan sebagainya. Hal ini tentunya akan semakin mengancam eksistensi, keaslian dan kemurnian seni tradisional Gamelan Bali itu sendiri.  Tarian Bali juga tidak luput dari fenomena akulturasi dan pergeseran budaya ini. Contohnya tari Joged Bung-bung yang telah mengadopsi gerakan-gerakan dari India serta penyanyi-penyanyi dangdut yang ada di Jawa yaitu  berupa goyangan-goyangan pinggul, yang mana di Indonesia gerakan tersebut dilansir sebagai tindakan “Porno Aksi”.
Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diharapkan dapat mewadahi dan mendorong perkembangan Kesenian di Bali, telah memberi secercah harapan bagi pelestarian seni tradisional di Bali. Namun, dalam pelaksanaannya event ini justru menitikberatkan pada Perkembangan Kesenian Bali yang dikaitkan pula dengan kegiatan kepariwisataan. Dengan begitu keperdulian terhadap kelestarian Kesenian Tradisional Bali yang asli dirasa masih kurang. Oleh karena itu generasi muda Bali harus sigap menyikapi permasalahan ini  agar jangan sampai warisan Seni dan Budaya para Leluhur kita tergerus oleh pengaruh-pengaruh asing. Para Remaja-remaja bahkan anak-anak Bali sebaiknya sudah mulai mempelajari Kesenian-kesenian Tradisional yang ada di Bali, sembari diberi pengertian akan pentingnya warisan Seni Budaya leluhur sehngga harus dilestarikan serta dihargai karya-karyanya sebagai sebuah cipta adi luhur yang tidak ternilai harganya.

4 komentar:

  1. cukup frontaal saluut !! :D berkarya lagi chingu~ya tulisan yang bagus dan inspiratif. ngomong2 cara follow ini blog gmana?? kok follownya kaga bisa di klik??^^a

    BalasHapus
  2. saya tidak menduga anak ubud bisa menulis seperti ini. ini memang bakat terpendam dari bumi ubud. saya sangat bangga sebagai orang ubud bisa mengetahui hal seperti ini

    BalasHapus
  3. dayu : aku juga nggak ngerti dayu.. hehehe

    budiarja : Alah.. Preeet.. hahahaha

    BalasHapus